
Bulan syawal telah memasuki sepertiga akhir. Ini berarti hingar bingar nuansa Idul Fitri akan uasi. Kita menyakini saat bermaafan di Idul Fitri dosa-dosa yang kita perbuat baik terhadap orang tua, sanak saudara, tetangga telah terhapus. Tetapi kehidupan terus berjalan, sengaja maupun tidak sengaja setelah beberapa jam saling bermaafan kita melakukan kesalahan. Dosa yang sengaja maupun tidak sengaja melekat kembali ke dalam diri kita. Terus apakah kita akan menunggu tahun depan untuk menghapus dosa-dosa kita. Jawabannya tentu tidak! Mengapa? Jika kita mati esok hari, apakah kita akan bertemu dengan bulan ramadhan? Tentu saja tidak bukan? Jadi, bermaaf-maafan bukanlah perkara soal waktu, tetapi soal ketulusan dan keikhlasan untuk memberi maaf. Idul fitri hanyalah momen bagi manusia untuk sadar akan dosa-dosa yang diperbuat selama ini dan pentingnya bermaaf-maafan. Bermaaf-maafan dapat kapan saja dan dimanapun kita berada. Bermaaf-maafan intinya pada saling memberi. Tangan di atas jauh lebih baik daripada tangan dibawah.